Wednesday, April 4, 2007

PIPIS DI KASUR

SOAL :
Assalamu’alaikum Warohmatulloh Wabarokatuh

Gus, Saya mau tanya…. Bagaimana cara mensucikan kasur yang terkena pipis anak yang sudah berumur lebih dari 12 tahun serta belum haid, dan bagaimana kalau anak tersebut sudah haid, apakah kasur tersebut cukup dijemur saja sedangkan kasur tersebut berbahan kapas?
(Pertanyaan dari :+6285643639XXX)

JAWAB:
Wa ‘alaikumusssalam Warohmatulloh Wabarokatuh

Perlu diketahui…
Najis tersebut termasuk najis mutawassith yang tidak ada perbedaan di dalamnya, baik najis tersebut berasal dari anak yang sudah haid maupun belum.

Cara mensucikan kasur tersebut masih harus diperinci:
• Jika setelah dijemur, kasur tersebut masih mengandung salah satu dari warna, bau dan rasa pipis maka najis di kasur tersebut dihukumi najis ‘ainiyyah. Sehingga cara mensucikannya harus disiram air sampai hilang sifat najisnya (warna, rasa, bau).
• Jika setelah dijemur, kasur tersebut sudah tidak mengandung seluruh sifat najis, maka najis tersebut dihukumi najis hukmiyyah, sehingga cukup dialiri air satu kali saja.

Begini lho… karena kasur tersebut berbahan kapas yang mana si empunya kasur tidak bisa tidur bermalam-malam jika kasurnya dicuci, maka solusi yang baik dari mbah-mbah kita adalah memberi perlak (bahan kedap air lainnya) di atas kasur dengan tujuan supaya aman dari najis, ketika kasur terkena air atau basah-basah yang lain.

Catatan :
Biasanya kan begini….
ketika kasur tersebut dijemur dan mengering, lalu diberi sprei di atasnya sehingga langsung dibuat tidur, maka hal tersebut tidak masalah, karena apapun yang berada di atasnya tidak dihukumi mutanajis, selama kasur maupun benda di atasnya sama-sama kering.

REFERENSI :
• Kifayah Al Akhyar, juz 1, hal.66
• Roudloh Al Tholibin Wa ‘Umdah Al Muftiyyin, juz 1, hal.100
• Al Um, juz 1, hal.74

كفاية الأخيار في حل غاية الإختصار - (ج 1 / ص 66)
(وغسل جميع الأبوال والأرواث واجب إلا بول الصبي الذي لم يأكل الطعام فإنه يطهر برش الماء عليه). حجة الوجوب حديث الأعرابي وغيره، وأما كيفية الغسل فالنجاسة تارة تكون عينية أي تشاهد بالعين وتارة تكون حكمية أي حكمنا على المحل بنجاسته من غير أن ترى عين النجاسة فإن كانت النجاسة عينية فلا بد مع إزالة العين من محاولة إزالة ما وجد منها من طعم ولون وريح فإن بقي طعم النجاسة لم يطهر المحل المتنجس لأن بقاء الطعم يدل على بقاء النجاسة وصورته فيما إذا تنجس فمه وإن بقي الأثر مع الرائحة لم يطهر أيضاً وإن بقي لون النجاسة وحده وهو غير عسر الإزالة لم يطهر إلى أن قال وأما النجاسة الحكمية فيشترط فيها الغسل أيضاً. والحاصل أن الواجب في إزالة النجاسة غسلها المعتاد بحيث ينزل الماء بعد الحت والتحامل صافياً إلا في بول الصبي الذي لم يطعم ولم يشرب سوى اللبن

روضة الطالبين وعمدة المفتين - (ج 1 / ص 100)
أما إذا طرأ مناقض لا باختياره ولا بتقصيرة فإن أزاله في الحال كمن انكشفت عورته فسترها في الحال أو وقعت عليه نجاسة يابسة فنفضها في الحال أو ألقى الثوب الذي وقعت عليه في الحال فصلاته صحيحة

الأم - (ج 1 / ص 74)
(قال الشافعي) رضى الله عنه إلى أن قال فإذا أصابتهما نجاسة يابسة لا رطوبة فيها فحكهما حتى نظفا وزالت النجاسة عنهما صلى فيهما

Baca Terusnya..

DENDAM ANTAR SAUDARA

SOAL :
Assalamu’alaikum Warohmatulloh Wabarokatuh
Gus, Saya mau tanya… Suatu ketika terjadi pertengkaran antara kakak beradik, kemudian salah satu dari mereka mengucapkan kata “bubar ya bubar (dalam arti persaudaraannya)” Apakah kejadian seperti ini bisa dianggap serius? Bagaimana cara mengatasinya karena sampai sekarang mereka masih saling dendam? (Pertanyaan dari :+6285643639XXX)

JAWAB:
Wa ‘alaikumusssalam Warohmatulloh Wabarokatuh

Persaudaraannya tidak menjadi bubar (rusak) dengan perkataan itu.
Perlu diketahui bahwa nasab seseorang terjadi karena adanya pertalian hubungan darah yang tidak akan rusak hanya karena adanya permusuhan antara kedua bersaudara tersebut, sehingga keduanya tetap dihukumi satu nasab, dan masih terikat dengan hukum kenasaban, seperti dalam hal mahromiyatun nikah, berhak untuk mendapatkan hak waris, dan lain-lain.

Kalau keduanya masih menyimpan bara dendam, maka dikuatirkan hal tersebut dapat menyebabkan qoth’ur rohim (memutus silaturrahim) sehingga keduanya bisa jatuh dalam dosa besar.

Nah… Cara mengatasinya adalah harus tetap menyambung silaturrahim dengan berbagai cara, diantaranya:
1. Berkunjung ke rumahnya jika jarak rumahnya dekat.
2. Memberikan hadiah jika mampu.
3. Saling menolong baik dengan material maupun non-material.
4. Setidaknya telepon, kirim salam, atau surat (e-mail, chatting, SMS dan sebagainya) jika jaraknya berjauhan.

REFERENSI :
• Al Qomus Al Fiqhiy, juz 1, hal.351
• I’anah Al Thalibin, juz 3, hal.328
• Buroiqoh Mahmudiyah, juz 6, hal 95
القاموس الفقهي - (ج 1 / ص 351)
عمود النسب عند الفقهاء: هو الآباء، والامهات، وإن علوا، والاولاد وإن سفلوا (البعلي)
وقال الفراء: النسب: من لا يحل نكاحه

إعانة الطالبين - (ج 3 / ص 328)
(قوله: من يحرم بنسب) أي نكاح نظير من يحرم بالنسب ....... وهذه هي التي تحريمها على التأبيد

بريقة محمودية في شرح طريقة محمدية وشريعة نبوية - (ج 6 / ص 95(
)اعْلَمْ أَنَّ قَطْعَ الرَّحِمِ حَرَامٌ ) كَبِيرَةٌ ( وَوَصْلُهَا وَاجِبٌ وَمَعْنَاهُ ) أَيْ الْوَصْلُ ( أَنْ لَا يَنْسَاهَا ) أَيْ الرَّحِمَ ( وَيَتَفَقَّدَهَا بِالزِّيَارَةِ ) وَبِالْوُصُولِ إلَى الْمَنْزِلِ ( أَوْ الْإِهْدَاءِ ) لَمَّا قَدَرَ عَلَيْهِ ( أَوْ الْإِعَانَةِ بِالْيَدِ أَوْ الْقَوْلِ وَأَقَلُّهُ ) أَدْنَاهُ ( التَّسْلِيمُ ) بِنَفْسِهِ عَلَيْهِ ( أَوْ إرْسَالُ السَّلَامِ ) إنْ بَعِيدًا ( أَوْ الْمَكْتُوبُ وَلَا تَوْقِيتَ فِيهِ ) وَقْتًا مُعَيَّنًا بَلْ الْمُعْتَبَرُ الْعُرْفُ الْمَأْلُوفُ لَا كَمَا يَقُولُ بَعْضُ أَبْنَاءِ الزَّمَانِ إنَّهُ مُقَدَّرٌ بِثَلَاثَةِ أَعْوَامٍ كَمَا فِي الْحَاشِيَةِ

Baca Terusnya..